Lima terduga pelaku yang berinisial BP (21), RS (20), AE (17), HT (16), dan MA (15) merupakan anggota pencak silat Pagar Nusa. Ketua DPC Pagar Nusa Karanganyar, Maryadi membenarkan korban dan Tingkatdasar I sabuk hitam dengan lama latihan 6 bulan. 2. Tingkat dasar II sabuk kuning dengan lama latihan 6 bulan. sejarah pagar nusa Orang orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah berkata : berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah ( QS. Al-Baqarah : 249 ) Pesawaran, NUOnline Setelah sekian lama tidak menggelar latihan terpadu, Pimpinan Cabang Pencak Silat Nahdlatul Ulama (PSNU) Pagar Nusa Kabupaten Pesawaran, Lampung melakukan refleksi latihan bersama di era newnormal.Latihan ini dilaksanakan di halaman IslamicCenter Pesawaran, Ahad (15/7).. Ketua PSNU Pagar Nusa Pesawaran, Bambang SS mengatakan bahwa latihan ini dilakukan untuk membiasakan Temukannomor kode pos dari seluruh lokasi di Indonesia Sebagaikelompok beladiri pencak silat anggota Ikatan Pencak Silat Indonesia ( IPSI ), Pagar Nusa memasukkan simbol tersebut supaya tidak tercerabut dari identitas persatuan beladiri asli Indonesia. Sebagaimana kita maklumi bersama : Barang siapa memisahkan diri dari kelompok dimakan srigala. Bola Dunia / gambar bumi tepat di tengah merupakan olB941. Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Waktu SMP sampai SMA, saya sempat bergabung dengan Lembaga Pencak Silat Nahdlatul Ulama Pagar Nusa. Ceritanya berawal waktu kelas satu SMP, di sekolah ada yang kemasukan mahkluk halus. Entah benar atau tidak, ada teman seangkatan namanya Chandra Jaya yang berhasil mengusir mahkluk halus tersebut. Selain itu, ketua Kelas saya bernama Hendra Indra setiawan saat itu yang sakit dan diobati menggunakan tenaga dalam oleh Chandra. Awalnya, Hendra yang pertama ingin bergabung dengan Pagar Nusa. Karenanya, saya juga tertarik untuk ikut. Hingga akhirnya saya mengajak teman sekompleks yang juga teman sekolah. Yakni Idil dan Fero, seperti yang saya ceritakan sebelumnya kalau Idil adalah teman kecil saya sejak SD, sedangkan Fero adalah kakak kelas yang juga tinggal di kompleks BLK. Awalnya Fero menolak ajakan saya, tapi saya tidak mungkin pergi ikut latihan sendiri, selain dilaksanakannya pada malah hari, saya juga tidak terbiasa ke luar rumah di waktu malam apalagi dengan jarak yang saat itu menurut saya cukup jauh dari rumah. Ibu juga pasti tidak akan mengizinkan saya untuk pergi hal-hal yang seperti itu. Setelah Fero menerima ajakan saya, maka Fero menawarkan bagaimana kalau kita juga mengajak Idil. Maka pergilah kami berdua ke rumahnya Idil untuk mengajaknya bergabung di Pagarnusa. Tidak butuh waktu yang lama hingga dia setuju. Tibalah di hari pertama kami untuk datang ke tempat latihan Pencak Silat Pagar Nusa. Tepat setelah shalat Maghrib, kami berangkat menuju SD Negeri 5 Mandonga. Tempat dimana tempat latihan dilaksanakan. Selain dua teman kecil saya di kompleks, ada juga teman sekelas saya yakni Lyus Indrawan dan Amiruddin yang juga ikut serta. Mulailah latihan kami yang tentunya dimulai dengan perkenalan, yang menjadi guru kami bernama Musram Abadi, orang ini minta dipanggil dengan sebutan Bang alias Abang. Hal ini adalah asing bagi saya dan teman-teman. Karena yang saya tahu, pangilan Bang atau Abang biasa digunakan untuk orang Medan atau orang Batak. Seperti biasa adiknya Fero yang memanggilnya dengan sebutan tersebut. Jadilah kami memanggil guru kami itu dengan sebutan Bang Musram. Latihan pertama kami adalah kuda-kuda, di mana semua perguruan bela diri pastinya mengajarkan hal tersebut kepada awal latihan. Kaki ini gemetaran saat latihan pertama, lutut seperti mau copot rasanya. Maklum, ini adalah yang pertama saya melakukannya. Meski waktu SD sempat ikut latihan karate di kompleks, tapi karena saya tidak terlalu tertarik mengikutinya saat itu maka ini adalah hal yang baru bagi saya. Hari pertama latihan tidak terlalu lama, latihan yang dimulai jam tujuh malam, berakhir setengah delapan malam. Meskipun begitu, ini adalah termasuk waktu yang dibilang lama untuk ke luar rumah bagi saya pada saat itu. Saat pulang dan sampai di rumah, Ibu sudah menunggu di ruang tamu. Meledaklah kemarahannya karena pulang saya dianggap lama. Ibu kahwatir kalau ada apa-apa, selalunya kejadian Ewin yang ditabrak mobil semasa SD, menjadi alasan Ibu saat itu. Saya kemudian bicara dalam hati, kalau jam segini saja Ibu sudah kahwatir, bagaimana hari-hari selanjutnya? Padahal, latihan tadi masih pengenalan. Bahkan, Bang Musram mengingatkan kalau pulang itu paling cepat jam Sembilan malam. Tapi sudahlah, saat itu saya hanya diam saja mendengar Ibu mengomel. Hari-hari selanjutnya kami mulai menjalani aktivitas latihan Silat Pagar Nusa dua kali seminggu. Setiap malam Jum’at dan malam minggu, bahkan biasa juga tiga kali seminggu, yakni hari senin, rabu dan sabtu. Jadi semasa SMP saya selain sekolah juga aktiv di Lembaga Pencak Silat Pagar Nusa. Sebenarnya itu terbilang positif, karena masa remaja saya dihabiskan dengan aktivitas ekstra yang bersifat dengan pengembangan diri. Hari ke dua latihan pulangnya satu jam lebih lama, yakni jam Sembilan. Lagi-lagi Ibu “naik tanduk” dan memang karena Ibu tidak pernah mersetui saya mengikuti kegiatan ini. Hanya Ayalah yang selalu mendukung. Hari ketiga lebih lama lagi hingga jam sepuluh, karena memang banyak materi latihan yang diajarkan membuat kami harus pulang lebih larut. Ibu semakin marah, jantungnya berdebar-debar setiap menanti kepulangan saya dari latihan. Saat itu memang belum ada Hand Phone, bahkan belum ada yang namanya telpon rumah. jadi, wajar memang kalau orang tua kahwatir kalau anaknya belum pulang di saat yang sudah larut. Karena sudah terbiasa pulang larut, bahkan kalau malam minggu sampai jam sebelas, akhirnya Ibu terbiasa. Bahkan karena sudah sering pulang larut malam, pernah saat itu kami pulang cepat sekitar jam Sembilan karena Bang Musram ada kesibukan, Ibu malah heran dan bertanya kenapa saya pulang cepat. Sejak itulah, saya mengetahui kalau Ibu tidak lagi terlalu mempermasalahkan aktivitas saya di Pagarnusa. Hari demi hari saya dan teman-teman menjadi murid Lembaga Pencak NU Pagar Nusa, sekarang menjadi Ikatan Pencak Silat NU Pagar Nusa. Minggupun berganti minggu hingga tibalah kami penaikan tingkat. Untuk itu, kami akan melewati yang namanya masa pengisian tenaga dalam tingkat pertama. Saya, Idil dan Fero diberikan ilmu tenaga dalam oleh Bang Musram. Kami duduk melingkar di lantai dua SMP 9 tepat di samping SD Negeri 5 Mandonga. Saat itu kami pindah latihan, yang awalnya di SD Negeri 5 Mandonga berpindah ke SMP 9. Mulailah ritual pengisian dilakukan, duduk melingkar dan saling memegang tangan di samping kanan kiri. Kami diminta untuk berkonsentrasi dan menutup mata serta menahan nafas di perut. Beberapa saat kemudian Bang Musram seperti membaca mantra-mantra pertanda pengisian sementara dilakukan. Dengan mengeluarkan nafas dari hidung beberapa kali dengan sentakan, kalau lagi pilek sebaiknya tidak melakukan hal ini. Hehehe Pengisian telah selesai dilakukan, kami diberikan masing-masing secarik kertas yang berisikan beberapa Dzikir yang harus diamalkan setiap selesai shalat. Bukan Cuma itu, kami juga diwajibkan melakukan puasa muti selama tiga hari. *** Ritual puasa mutipun dilakukan, begitupula membaca dzikir yang merupakan amalan yang wajib dilakukan setelah shalat. Dzikir yang dibaca harus sampai ratusan kali. Tentunya ini membutuhkan waktu yang sangat lama. Saya, Idil dan fero melakukan dzikir pertama di Mushallah Kompleks BLK selepas shalat Isya berjamaah. Om wiji yang Imam saat itu, heran-heran melihat kami bertiga selepas shalat menark dari saku celana secarik kertas dan kemudian membacanya. Karena yang menjadi jamaah Cuma kami bertiga, maka tidak ada orang lain yang melihat aktivitas kami selain Om wiji sendiri. Singkat cerita, kami melakukan ritual puasa muti dengan amat sangat melelahkan, kami juga kebingungan tentang aturan puasa tersebut. Yang kami diberitahu adalah makan yang putih-putih. Padahal sebenarnya puasa muti tersebut adalah dimana sahur dan buka puasanya haruslah nasi dan air putih saja. karena dalam pikiran saya dan teman-teman adalah makan yang putih-putih, maka saat berbuka puasa saya meminum air putih dicampur gula pasir. Kan warnanya putih. Hehehe Begitupula dengan Idil, dia memasak telur rebus dan makan putihnya. Alasannya sama, yaitu putih. Bahakan saya masih ingat, kami bertiga saya, idil dan pero makan ubi rebus dengan dicampur gula pasir. Dengan alasan yang sama, yaitu berwarna putih. Jadilah puasa kami itu gagal tanpa disadari karena yang kami pahami puasa muti adalah makan yang putih-putih. Puasa muti selesai selama tiga hari, kami mulai kembali latihan setiap minggunya. Hari demi hari, minggu demi minggu teman-teman latihan kami semakin bertambah. Saat itu kami pindah latihan dari SMP 9 kembali ke SD 5 Mandonga di sampingnya. Karena ada perbaikan lapangannya. Ada beberapa teman-teman baru yang ikut juga latihan. Secara usia, mereka lebih tua dua sampai tiga tahun di atas kami dan rata-rata sudah SMA. Mulailah kami berkenalan satu persatu dan ternyata ada dari mereka yang tinggal dekat dengan kompleks kami. Namanya Musafir sekolah di Madrasah Aliyah Negeri MAN 1 Kendari dan dia tinggal di Jalan Anawai sekitar 500 meter dari kompleks kami tinggal. Semenjak itu, kami akrab dengan Musafir bahkan menjadi sahabat. Saya sering berkungjung ke rumahnya begitupula sebaliknya. *** Saat sudah hampir setahun latihan di Pagar Nusa, saat itu Bang Musram tidak melatih kami untuk sementara karena ada urusan penting. Katanya akan menghadapi Kuliah Kerja Profesi KKP di kampusnya. Selain itu dia juga sibuk mempersiapkan diri untuk maju menjadi calon Ketua HMI Komisariat Pertanian. Oh yah, saya juga sedikit mulai mengenal HMI dari Bang Musram dan dialah salah satu orang yang mendorong saya saat itu untuk ber HMI jika kuliah kelak. Karena Bang Musram tidak bisa melatih kami, untuk sementara maka kami dilatih oleh Kak Mus. Saya lupa siapa nama aslinya. Yang jelas, seingat saya kami memanggilnya dengan Kak Mus. Dia tidak mau dipanggil Abang. Karena menurut dia itu tidak pantas buat dia. Kak Mus saat itu adalah siswa STM Kendari, saya tidak tahu tepatnya kelas berapa dia saat itu. Kepribadian Kak Mus jauh berbeda dengan Bang Musram, Kak Mus lebih lembut dalam melatih. Dia juga tidak pernah sama sekali memarahi kami. Meski begitu, kami tetap menghormati dan menghargai dia. Kak Mus juga memiliki prinsip-prinsip yang berbeda dengan Bang Musram. Salah satu contohnya adalah Bang Musram paling tidak mau berhubungan dengan teman-teman Pagar Nusa lainnya. Saya tidak tahu persis masalahnya, saat itu seingat saya ada juga kelompok Pagar Nusa selain kami dan mereka latihannya di halaman kantor Departemen Agama Depag. Kalau tidak salah, yang melatih di sana namanya kak rudi. Berbeda dengan Bang Musram, Kak Mus malah mengajak kami latihan sama kak Rudi di Depag. Latihan di Depag sedikit berbeda suasananya. Kalau kami biasanya terkesan tertutup dan rahasia, di depag lebih terbuka bahkan di sore hari. Perlengkapannya juga lumayan lengkap, ada alat pengaman buat sparing. Berbeda dengan di tempat kami kalau sparing tanpa pengaman. Kami menikmati latihan di Depag, sayapun semakin semangat. Apalagi Kak rudi tidak pernah sama sekali menyinggung soal kami yang latihan di tempat yang berbeda. bahkan dia mengatakan kalau kita tetap sama meski berbeda tempat latihan. Sekitar tiga bulan kami latihan di sana, selain sore ada juga latihan di malam hari. Meski latihannya bersama, kami tetap dipisah karena alsan beberapa jurus yang sedikit berbeda. Hingga saat Bang Musram sudah kembali dari KKP nya dan dia juga sudah terpilih menjadi Ketua Umum HMI Komisariat Pertanian. Bang Musram datang saat kami latihan di Depag. Peserta latihan di bawah kepemimpinan Kak Mus juga semakin bertambah. Anak dari Kompleks BLK juga bertambah satu, yakni Yudhistira. Teman-teman sekolah Musafir dari juga dipanggilnya untuk bergabung di Pagar Nusa. Ada juga Imank yang tinggal tepat di depan Lorong Anawai yang juga masih berkeluarga dengan Musafir. Saya dan Imank juga berteman akrab, tapi sebelum dia masuk Pagar Nusa. Karena sering berkunjung di rumanya Musafirm saya juga jadi akrab sama teman-teman di lorong Anawai dan sekitarnya termasuk Imank. Selain itu, sepupu satu kali saya namanya Wawan tinggal di Anawai. Bahkan saat itu saya lebih akrab dan loyal kepada teman-teman saya dari Anawai di banding Kompleks sendiri. Saat itu malam hari kami berkumpul di Mushallah Depag, Bang Musram terlihat sangat marah. Saya lupa apa yang membuat dia marah. Sepertinya gara-gara kami latihan di Depag dan tentunya kemarahan itu ditujukan kepada Kak Mus. Terjadilah persitegangan saat itu, Bang Musram marah besar hingga sempat menarik kak Mus untuk sparing. Lucunya, kami menangis saat itu termasuk Musafir. Hahahaha semoga Musafir baca ini. Apalagi di saat kami disuruh memilih antara mengikuti Bang Musram atau Kak Mus. Tentunya ini adalah pilihan yang sulit bagi saya dan beberapa teman yang lain. Tapi bagi teman-teman yang baru bergabung di saat Kak Mus yang melatih tentunya sangat mudah. Hati kecil saya saat itu memilih Kak Mus, karena saya merasa Kak Mus lebih menghargai orang lain. Bukan berarti Bang Musram tidak, akan tetapi Bang Musram lebih keras dalam memperlakukan kami. Selain itu, dalam kasus malam itu Kak Mus tidak dalam posisi bersalah. Meski dia membawa kami untuk berkenalan dengan kak Rudi dan dilatih olehnya, kami menikmatinya dan mendapatkan hal-hal baru yang belum kami dapatkan. Akhirnya, banyak teman-teman memilih Kak Mus dibandingkan Bang Musram. Kami dipisah di dua sisi. Satu di sisi yang memilih Kak Mus dan satu sisi yang lain memilih Bang Musram. Seingat saya tidak ada yang memilih Bang Musram dan ada beberapa yang belum meenentukan sikap termasuk saya sendiri. Meski hati kecil saya memilih Kak Mus, akan tetapi di sisi hati saya yang lain tidak mungkin mengkhianati bang Musram. Karena bagaimanapun Bang Musram yang pertama mengajar saya di Pagar Nusa. Di sinilah untuk pertama kalinya saya belajar tentang komitmen, konsistensi, kesetiaan serta loyalitas kepada orang lain yang saya anggap berjasa kepada saya. Yang belum memilih adalah kami yang bergabung di Pagar Nusa sebelum Bang Musram pergi KKP. Karena tidak bisa memilih, Musafir bergeser di sisi Mushallah di tempat yang bukan opsi antara memilih Kak Mus atau Bang Musram. Artinya dia abstain, kemudian di susul oleh teman-teman yang lain termasuk saya sendiri. Kami memilih untuk tidak memilih ke dua opsi yang diberikan. Sesaat setelah itu, Bang Musram dan Kak Mus memberikan kejutan. Ternyata tepat jam dua belas malam saat itu Kak Mus berulang Tahun dan pertengkaran yang mereka lakukan hanyalah sandiwara. Buru-buru kami menyeka air mata, tangisan berganti gelak tawa. Akan tetapi di situ Bang Musram menganggap Kak Mus berhasil membentuk kami. Meski hanya tiga bulan bersama-sama, Kak Mus mampu menciptakan kondisi Perguruan semakin banyak muridnya. Serta kak Mus mampu menggantikan sosok kepemimpinan selama Bang Musram pergi. Semenjak itu, Bang Musram kembali mengambil alih latihan di pagar Nusa. Sedangkan Kak Mus melatih di tempat lain. Karena murid semakin banyak, maka Kak Mus atas izin dari Bang Musram membentuk Cabang di tempat lain. Kamipun tidak pernah lagi latihan di Depag begitupula Kak Mus tidak pernah lagi mengajak murid-muridnya latihan di sana. Oh yah, Kak Mus dibantu sama Chandra Jaya dalam melatih murid-muridnya. Setiap bulan kami melakukan latihan gabungan antara murid-murid Kak Mus dan murid-murid Bang Musram. Secara kuantitas, murid-murid Kak Mus lebih banyak dibanding kami. Tapi secara kualitas boleh diadulah…. Hehehe. Latihan gabungan biasa dilakukan saat akhir pekan dan biasanya kami bermalam di pinggir pantai jauh dari Kota Kendari. *** Kalau dihitung, sekitar tiga tahun saya mengikuti Pagar Nusa hingga akhirnya berhenti. Kami, yang seangkatan termasuk seangkatan dengan teman-teman yang bergabung bersama Musafir juga sudah sampai di tahap akhir tingkatan. Kami diangkat menjadi pelatih, apalagi semenjak Bang Musram terpilih jadi Ketua HMI Komisariat Pertanian, dia tidak tiap minggu hadir saat latihan. Segala Teknis termasuk melatih teman-teman yang lain diserahkan kepada kami. Yang menggantikan tugas-tugas Bang Musram saat melatih adalah Musafir. Oh yah, entah kebetulan atau tidak, yang selalu menjadi pimpinan itu namanya diawali dengan Mus. Bang Musram, Kak Mus dan Musafir. Hehehe. Bang Musram hanya datang kalau pengisian saja, selebihnya adalah tanggung jawab kami di bawah kepemimpinan Musafir. Entah bagaimana ceritanya kami pernah “marah” sama Bang Musram dan kami sudah melakukan perlawanan dengannya. Bang Musram pasti tertawa membaca ini. Jadi, kebiasaan kami sebelum masuk ke tempat latihan, kami duduk dan nongkrong di depan ruko kecil sekitar dua ratus meter dari tempat latihan. Pas di depan jalan besar, nama rukonya ummushabri, yang anak kendari pasti tahu tempatnya di mana. Hampir bahkan semua pelatih saat itu kami sudah menjadi pelatih tidak langsung masuk ke tempat latihan. Kami sudah jenuh dengan keadaan saat itu, kami membiarkan saja para murid menunggu kami. Hingga tak diduga ternyata Bang Musram datang ke tempat latihan. Meski kami ceritanya melakukan perlawanan, kami juga takut-takut. Artinya melawan setengah-setengah, hahahha. Karena sebelum memasuki tempat latihan harus melewati Ummushabri, jadi terlihat Bang Musram datang melintas melewati kami. Tidak ada tegur sapa saat itu, Bang Musram berjalan dengan cepat yang sudah menjadi khasnya. Kami tahu dia sangat marah kepada kami. Saat itu kami tidak langsung masuk karena ceritanya kan kami melawan, masa takut??? Hehehe….. Sesaat kemudian ada salah satu murid yang mendatangi kami, katanya Bang Musram panggil. Kami saling melihat, setelah diskusi kecil dan dipimpin oleh Musafir, maka kami masuk. Di tempat latihan, terlihat Bang Musram sudah duduk bersilah di depan murid-murid yang juga duduk bebaris dengan posisi bersilah. Kamipun mengambil posisi yang sama agak jauh di sisi kanan. Saat itu kalau tidak salah latihan kembali di SMP 9. Setelah kami duduk, tanpa basa basi Bang Musram langsung bersuara. Seperti membacakan surat keputusan, dia memecat kami. Jadi kurang lebih dia mengatakan seperti ini “Musafir Muchtar Arsyad, Eko Miharjan oh yah, selama di Pagar Nusa naman saya dirubah sendiri oleh Bang Musram dari Eko Miharjah menjadi Eko Miharjan, katanya waktu menulis nama huruf “h” yang saya tulis seperti “n” meski suda diperbaiki, Bang Musram tetap saja menyebut nama saya dengan Eko Miharjan, Tuan Afero Harahap, Muhammad Chaidil Halim, ….. ada beberapa nama yang saya lupa, DIPECAT!!!!” Sesaat kami terdiam, “untuk nama-nama yang disebut tadi untuk silahkan meninggalkan tempat ini!!!” Bang Musram mengusir kami tanpa memberikan penjelasan kenapa kami dipecat. Saya lupa, apa sempat salaman atau tidak sama dia. Yang jelas, dia berpesan kalau suatu saat nanti kita akan ketemu kembali di tempat yang lain. Meski dipecat, saya tidak merasa menyesal dengan keputusan itu. Saat itu saya sudah SMA dan memang banyak disibukkan dengan aktivitas di sekolah. Tapi bagaimanapun, tidak bisa saya pungkiri, di Pagar Nusa oleh Bang Musram kami tidak hanya diajarkan Ilmu silat dan tenaga dalam. Tetapi juga dilatih mental dan kemampuan berorganisasi. Kami juga dilatih kepemimpinan di sana, dilatih untuk berbicara di depan umum. Jadi, tiap minggu kami diwajibkan membawakan kuliah tujuh menit kultum sebelum latihan di depan teman-teman. Bukan hanya kultum, kami juga harus menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada teman-teman terkait materi kultum yang kamui bawakan. Di Pagar Nusa lah saya termotivasi untuk aktiv di Palang Merah Remaja bahkan menjadi Ketua hingga akhirnya juga menjadi Ketua OSIS. Di Pagar Nusa juga saya semakin termotivasi untuk bargabung di Himpunan Mahasiswa Islam, meski semenjak SMP saya sudah ada keinginan untuk itu. Akhir cerita, saya mengucapkan terima kasih Banyak kepada Bang Musram, kepada Kak Mus entah sekarang dia di mana, Chandra Jaya yang pertama mengajak saya untuk bergabung di Pagar Nusa juga entah sekarang dia di mana teman-teman ku yang lain terutama Tuan Afero Harahap dan Muhammad Chaidil Halim yang selalu bersama-sama pergi dan pulang latihan. Semua teman-teman yang terlibat saat itu terima kasih banyak. Saya tidak akan melupakan kisah-kisah di masa itu. Wassalam….. Tulisan ini juga bisa dibaca di Blog dan Lihat Catatan Selengkapnya loading...Rakernas PP Pagar Nusa NU, di Hotel Arya Duta Jakarta. Foto/Ist JAKARTA - Ketua Umum Pimpinan Pusat Pagar Nusa Nahdlatul Ulama NU, M Nabil Haroen menegaskan, saat ini organisasi para pendekar ini fokus untuk memperkuat skema kaderisasi serta jejaring luar disampaikan M Nabil Haroen, pada penutupan Rakernas PP Pagar Nusa NU, di Hotel Arya Duta Jakarta, Jumat 8/7/2022 dini hari."Pagar Nusa terus memperkuat sistem kaderisasi internal untuk menggembleng kader dan pendekar. Jadi kita punya pendekar-pendekar dari pelbagai level, dari yang dasar hingga pasukan inti. Nah, kita mendukung penuh kaderisasi berjenjang dari PBNU," ungkap Nabil Haroen, yang berproses lama sebagai santri di Pesantren Lirboyo, Komisi IX DPR ini juga menegaskan, Pagar Nusa juga memperkuat aset-aset wilayah dan cabang di daerah, sebagai bagian dari kemandirian organisasi."Kami mendorong agar cabang-cabang dan wilayah mengelola aset sendiri, punya kantor untuk latihan pencak silat dan kegiatan organisasi. Di antara yang sudah mulai merintis di beberapa cabang di Lampung, Kepulauan Riau, Jawa Tengah dan Jawa Timur," terang lanjut, Nabil Haroen menjelaskan skema gotong royong pendirian kantor dan gedung latihan Pagar Nusa ini sederhana."Kami data secara ringkas berapa jumlah kader di suatu daerah, lalu kita ajak bareng-bareng iuran semampunya secara reguler. Kadang ada juga yang sudah wakaf tanah, wakaf bahan material, juga tenaga. Alhamdulillah, dengan semangat para pendekar dan dukungan kiai-kiai, berjalan lancar," kaderisasi dan manajemen aset, Nabil Haroen menjelaskan, Pagar Nusa juga serius mendorong penguatan jejaring di kampus dan luar negeri."Saat ini, Pagar Nusa diterima di berbagai kampus sebagai unit beladiri. Nah, kami mau mendorong ini, berkolaborasi dengan yang lain, agar Pagar Nusa bisa secara massif ada di kampus-kampus. Di sebuah kampus di Makassar, Pencak Silat Pagar Nusa masuk secara resmi di kurikulum pembelajaran. Ini jadi contoh menarik," kata Nabil. Ia menambahkan, Pagar Nusa juga mendorong terbentuknya pengurus istimewa di berbagai negara. "Kami sudah ada di Mesir, Malaysia, Hong Kong, Korea Selatan, Aljazair, dan sekarang kader-kader beberapa negara juga meminta untuk dibentuk. Kami kerjasama dengan PCINU setempat, serta akan berkolaborasi dengan jaringan KBRI dan atase pertahanan di beberapa negara," terang pembukaan Rakernas pada Kamis 7/7/2022, dihadiri Waketum PBNU KH Zulfa Mustofa. Nabil Haroen menjelaskan, Rakernas sedianya dihadiri oleh Ketua Umum PBNU KH Yahya C Staquf, namun beliaunya sedang haji dan diwakilkan ke Pengurus Harian."Kami akan mengikuti skema organisasi dan melaporkan hasil Rakernas ke PBNU dan kiai-kiai sepuh," tutup Nabil. maf

berapa lama latihan pagar nusa